Sunyi MPLS Hari Pertama SMA Swasta Cimahi yang Siswanya 11 Orang
Edo Herdianto sedang konsentrasi memotong kertas karton yang hendak dibikin menjadi papan nama atau nametag. Nanti nametag itu akan terpasang sepanjang penerapan Saat Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Remaja 17 tahun itu sekarang terdaftar sebagai pelajar kelas 1 di SMA Budi Mulia. Salah sayu SMA swasta di Kota Cimahi yang nasibnya tidak seberuntung sekolah lain gara-gara siswanya hanya sedikit
Di saat SMA negeri di mana saja punyai banyak pecinta, lain perihal dengan SMA itu yang sama pepatah ‘hidup malas mati tidak mau’. Siswanya hanya 11 orang, tetapi jika tutup kasihan nasih beberapa guru yang gantungkan hidupnya dari mengajarkan di sekolah itu.
Edo duduk bersila tanpa alas di ruangan kelas tempatnya belajar nantinya. Cuma ada 10 pelajar sebagai kawan satu kelasnya. Di ruang itu ada seorang pelajar OSIS kelas 2 yang bekerja sebagai pembimbing pelajar sepanjang MPLS.
“Barusan apel pembukaan MPLS, tidak lama karena kan hujan. Saat ini berpindah ke kelas, membuat nametag buat digunakan sepanjang MPLS,” kata Edo saat dijumpai, Senin (14/7/2025).
Dia diberikan tugas bawa kertas karton, lem, spidol, gunting, dan perlengkapan yang lain. Tidak ada beberapa tugas aneh yang sering diberi di periode saat MPLS tetap namanya MOS atau Saat Tujuan Pelajar (MOS) sekian tahun lalu.
“Tidak ada yang serba aneh, ya hanya diminta membawa ini saja perlengkapan untuk membikin nametag,” tutur Edo.
Tidak Permasalahan Rekan Sama kelas Sedikit
Edo bukan tidak mendaftarkan ke sekolah negeri sebelumnya terakhir pilih bersekolah di SMA Budi Mulia. Nasib yang tidak pilihnya masuk ke dalam sekolah negeri seperti beberapa anak yang lain.
“Kebenaran daftar dahulu ke SMAN 4 Cimahi lajur nilai rapor, hanya tidak keterima karena nilainya kurang. Awalnya aku turut Paket B (sekolah kesetaraan tingkatan SMP),” tutur Edo.
Dia pada akhirnya putuskan sekolah ke tempatnya sekarang menuntut pengetahuan berdasar instruksi dari orangtuanya. Dia tidak jadi masalah kendari kawan satu kelasnya sepanjang tiga tahun kelak hanya 10 orang.
“Tidak apapun, yang terpenting kan belajar . Maka tidak permasalahan kawan satu kelasnya hanya sedikit,” tutur Edo.
Hal sama dilemparkan Putri, rekan sama kelas Edo. Dia tidak jadi masalah belajar dalam sekolah swasta yang siswanya hanya sedikit. Menurut dia, hasil akhir lebih bernilai daripada pikirkan masalah jumlah rekan sama kelas.
“Tidak apapun hanya sedikitan, yang terpenting kan masih tetap belajar. Maksudnya agar lulus, terus dapat lanjut kuliah memburu harapan sebagai perawat,” tutur Putri.
Jumlah anak yang tercatat sebagai siswa baru lewat SPMB tahun 2025 di SMA Budi Mulia sebenarnya bertambah 5 kali lipat daripada tahun sebelumnya. Tahun kemarin, jumlah siswa baru SMA Budi Mulia hanya 2 orang.
“Ya jika disebut semakin bertambah memang semakin banyak tahun saat ini, karena tahun kemarin siswa kelas 1 hanya dua orang. Banyak yang berpindah ke negeri sesudah ada pernyataan PPDB tahapan 2,” kata salah seorang tenaga pengajar SMA Budi Mulia.
Menurut dia hal sebagai perhatian guru dan tenaga pengajar masalah kurangnya siswa baru yaitu psikis dan semangat belajar siswa baru. Mereka dapat saja lebih kurang percaya diri bila dibanding sekolah negeri.
“Ya dapat menjadi mereka ini moralnya ngedrop, kurang percaya diri karena sama kelas hanya 10 orang, jika negeri kan sampai 50 orang. Itu yang menjadi perhatian beberapa guru di sini, tidak seimbang karena tandingan dengan negeri,” katanya.