Seabreg Permasalahan yang Ditemui Kota Cimahi di Umurnya ke-24 Tahun

Kota Cimahi tidak berasa telah mencapai umur 24 tahun semenjak berdiri sebagai kota berdikari pada 21 Juni 2001 lalu sebelumnya setelah adalah sisi dari Kabupaten Bandung sebagai induknya.
Pada usia yang sudah tidak dapat dipandang muda, kota imut dengan 3 kecamatan itu punyai seabreg tugas rumah yang penting diselesaikan oleh pemerintahnya. Dimulai dari kemacetan, infrastruktur, ekonomi, pengangguran, banjir, dan permasalahan yang lain

Tiap tanggal 21 Juni, pemda repot rayakan hari menjadi Kota Cimahi. Gelontoran uang yang tidak kecil, tetapi euforia cuma berjalan sepanjang sekian hari saja. Sementara permasalahan yang sekian tahun tidak terurus, tidak juga dientaskan.

Contohnya permasalahan banjir, menjadi satu diantara hal yang banyak dirasakan warga. Tiap setelah hujan, beberapa batas jalan di Kota Cimahi selalu tergenangi air.

Belum juga kemacetan yang makin kronis. Sejumlah simpul kemacetan di Kota Cimahi perlu dibikin jalan keluar tetap. Contohnya di teritori Cimindi, Jalan Amir Machmud, Jalan Gandawijaya, Jalan Sangkuriang, sampai di teritori Kerkoff.

“Sangat banyak PR-nya, dimulai dari pengaturan muka kota, infrastruktur, kemacetan, banjir, dan sampah. Suprastruktur terkait dengan pengangguran, lantas kemampuan warga yang masuk ke dalam kelompok angkatan kerja. Dan permasalahan ekonomi kerakyatan,” kata Wakil Wali Kota Cimahi, Adhitia Yudisthira saat dijumpai, Senin (23/6/2025).

Di 3 tahun pertama, dia dan pasangannya Ngatiyana sebagai Wali Kota Cimahi, akan konsentrasi mengganti muka kota. Salah satunya pengaturan pedestrian, aliran drainase, dan kemacetan.

“Pertama pengaturan pedestrian, kita ingin bela hak orang berjalan kaki. Bagaimana masyarakat Cimahi ingin aktif bergerak jika pedestrian tidak pantas. Tidak ramah disabilitas, selanjutnya tidak ramah lanjut usia dan keluarga muda yang punyai bayi. Karena itu kita prioritaskan pedestrian,” tutur Adhitia.

Seterusnya, yaitu pengaturan drainase. Hal tersebut dilaksanakan untuk menangani banjir yang sering terjadi di beberapa batas jalan. Pengaturan itu bersamaan dengan pengaturan kabel yang awut-awutan dan mempunyai potensi memberikan ancaman keselamatan.

“Lantas drainase, hubungan dengan banjir jika hujan di sejumlah batas selalu terjadi sesudah hujan. Kita benahi dikit demi sedikit. Selanjutnya perapian kabel, agar tidak awut-awutan dan memberikan ancaman keselamatan karena di sejumlah wilayah ada peristiwa pengendara kecelakaan karena kabel menjuntai,” kata Adhitia.

Selanjutnya faksinya dikit demi sedikit akan membuat jalanan yang rusak di Kota Cimahi menjadi mulus kembali. Hal tersebut diimbangi pengaturan jam operasional truk memiliki ukuran besar.

“Sepanjang jalan yang rusak itu punya kota, pasti kita benahi. Kita ingin jalanan di Kota Cimahi ini leucir dan mulus. Lantas agar tidak cepat rusak, kita bataskan jam operasional truk ODOL. Itu menjadi pemicu jalan rusak dan memberikan ancaman keselamatan pengendara khususnya di jam repot,” kata Adhitia.

Lantas untuk menangani kemacetan, pemda sedang membahas titik mana yang pergerakan lalu lintas nya dipandang perlu dipelajari. Hal tersebut didukung pembangunan jembatan penyeberangan dan pelican crossing.

“Untuk macet kelak akan kita penilaian keadaan di beberapa jalan, seperti apakah eksperimen yang dapat diaplikasikan. Lantas kita tambah JPO dan pelican crossing,” kata Adhitia.

Biang Kerok Banjir Cimahi: Bangunan Liar sampai Sungai Dangkal

Kota Cimahi tetap sering ditembus banjir tiap hujan lebat mengguyuri. Terkini, pada Rabu (2/7/2025) malam, banjir menggenang batas Jalan Mahar Martanegara dan Jalan Amir Machmud.
Sampai sekarang, penggantian pucuk kepimpinan tidak juga dapat menuntaskan banjir. Beragam usaha telah dilaksanakan tetapi hasilnya belum terlampau maksimal.

Wakil Wali Kota Cimahi, Adhitia Yudisthira ungkap ada beberapa pemicu banjir yang sering terjang. Pemicu banjir itu jadi fokus utama pengatasan pada tahun ini dan sekian tahun ke depan.

Contohnya di Cigugur tengah dan Jalan Mahar (Mahar Martanegara), di sana kita akan bedah pintu air yang berperan menyalurkan air ke sawah. Kami akan riset perombakan ini, karena sawahnya kan saat ini tidak ada,” kata Adhitia saat diverifikasi, Kamis (3/7/2025).

Permasalahan yang lain yaitu kehadiran bangunan liar yang berdiri di atas sungai. Bangunan itu membuat saluran sungai menjadi tidak berperan maksimal hingga perlu dibedah sebagai cara pengentasan banjir.

“Sungai alami persempitan dan pendangkalan hingga kapasitas tampungnya tidak bagus kembali. Kelak kami akan kerjakan normalisasi, hingga data tampungnya dapat maksimal,” kata Adhitia.

Untuk mewujudkan gagasan normalisasi aliran drainase di Jalan Amir Machmud, Pemerintahan Kota Cimahi minimal harus menggulirkan bujet sampai Rp40 miliar.

“Rp40 miliar itu cuma untuk normalisasi saja belum dengan pembangunan baru aliran air. Kita kerjakan dengan perlahan-lahan, tujuan pada akhirnya pasti banjir tersudahi,” kata Adhitia.